Jumat, 29 Juli 2011

JADWAL IMSAKIYAH RAMADHAN 1431 H / 2001

Tepatnya tanggal 1 Agustus 2011, Insyaallah akan dimulai bulan puasa Ramadhan 1432 H. Namun tanggal tersebut bisa berubah setelah pengumuman resmi dari pemerintah. Semoga kita dapat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1432 H dengan khusyuk sehingga dapat terampuni semua dosa-dosa yang telah kita perbuat.

Berikut ini jadwal puasa Imsakiyah 1432 H / 2011 M untuk seluruh kota-kota besar di Indonesia. Langsung saja kunjungi pkpu.or.id atau http://www.pkpu.or.id/imsyak/. kemudian pilih nama kota tempat anda berdomisili, seperti gambar berikut:

Semoga bermanfaat, Selamat menunaikan Ramadhan Mubarrak!

BACA SELANJUTNYA - JADWAL IMSAKIYAH RAMADHAN 1431 H / 2001

Kamis, 07 Juli 2011

Menyelami Hikmah Ramadhan

Ramadhan yang dirindukan telah menjelang. Setiap kita mempunyai beragam cara untuk menyambutnya. Musim kebaikan tahunan ini memang tak layak untuk dilewatkan begitu saja. Bahkan Rasulullah SAW sejak awal mengadakan briefing penyambutan Ramadhan di tengah-tengah para sahabat. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda : " Sungguh telah datang padamu sebuah bulan yang penuh berkah dimana diwajibkan atasmu puasa di dalamnya, (bulan) dibukanya pintu-pintu surga, dan ditutupnya pintu-pintu neraka jahannam, dan dibelenggunya syaitan-syaitan, Di dalamnya ada sebuah malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Barang siapa diharamkan dari kebaikannya, maka telah diharamkan (seluruhnya) "(HR Ahmad, Nasa'i dan Baihaqi)

Ramadhan sering datang dengan tiba-tiba, dan berlalu begitu cepat tanpa terasa. Ia adalah momentum termahal yang pernah kita punya untuk mendulang pahala. Ini mirip bulan promosi dan besar-besaran yang ditawarkan di pusat-pusat perbelanjaan. Kebaikan nilai pahalanya menjadi berlipat-lipat, semua orang berburu memborongnya. Saya sering mengibaratkan Romadhon itu : Bagaikan kita mendapat 'hadiah' di sebuah pusat perbelanjaan. Kita diberi kesempatan untuk mengambil semua barang belanja di dalamnya, namun hanya dalam waktu beberapa saat saja ! Allah SWT menggambarkannya dalam Al-Qur'an : " (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu" ( QS Al-Baqarah 184)

Semua kita, jika diberi kesempatan 'gratisan' semacam itu, pasti segera meloncat lalu berlari menuju rak-rak belanjaan untuk segera mengambil barang-barang, dari yang termahal hingga termurah. Nyaris tanpa henti hingga waktunya selesai. Lelah berkeringat bukan masalah. Apa yang dalam pikiran kita adalah ini kesempatan berharga.. Sekali lengah atau berhenti bisa berarti kerugian yang tak terbayangkan. Apa makna dari gambaran di atas ? Satu arti yang harus kita pahami dan kita catat dengan baik adalah ; bahwa Ramadhan memang benar-benar berbeda. Perlu interaksi, konsentrasi dan energi yang berbeda pula dalam menyikapinya. Jangan sekali-sekali menyamakan Ramadhan dengan sebelas bulan yang lainnya. Berbeda dan sungguh berbeda, bahkan mulai dari cara kita menyambutnya. Yang menyamakan siap-siap saja gulung tikar di hari-hari pertama.

Salah satu cara kita menyambutnya adalah dengan memahami Hikmah Ramadhan. Kita bisa sesibuk apapun dalam bulan Ramadhan, tapi tanpa menyelami hikmahnya, barangkali yang tersisa saat Syawal menjelang hanyalah kelelahan fisik yang tak terkira. Saat musim mudik usai, mungkin hanya suara parau sisa kebut-kebutan tilawah yang bersisa. Namun sebaliknya, dengan mengetahui sejuta hikmah dalam Ramadhan, maka kita akan menikmati amal-amal ibadah dalam Ramadhan dengan penuh penghayatan dan kekhusyukan. Kita menjalani paket ibadah Ramadhan lengkap dengan lebih ringan karena memahami manfaatnya buat kita. Dan lebih hebat lagi, setelah Ramadhan usai pun kita masih bisa merasakan hikmahnya dalam menjalani hari-hari selanjutnya.

Mari sejenak mengambil ibarat : seorang yang minum obat-obatan dan seorang yang minum madu atau multivitamin. Yang minum obat-obatan, biasanya sekedar ‘menggugurkan’ kewajiban agar terbebas dari rasa sakitnya. Ia sendiri tak pernah paham khasiat apa yang terkandung dalam obat tersebut. Yang jelas dokter mewajibkannya meminum obat tersebut secara rutin tiga kali sehari. Maka ia meminumnya dengan setengah hati dan terbebani. Lain lagi dengan seorang yang minum madu atau multivitamin yang sejenis. Ia tahu persis khasiat yang terkandung di dalamnya, sebagaimana ia juga meyakini manfaat besar yang akan ia dapatkan ketika meminumnya. Maka ia meminumnya dengan begitu ringan dan bersemangat. Contoh kedua inilah yang ingin kita praktekkan dalam hari-hari Ramadhan kita. Kita memahami hikmah dan ‘khasiat’ ramadhan bagi diri kita, lalu menikmati dan menjalani semua amal dan aktifitas di dalamnya dengan penuh semangat, gairah dan vitalitas !! ( ups .. mirip iklan jadinya).

Saya meyakini ada sejuta hikmah dalam Ramadhan yang mulia ini. Mari kita intip tiga di antaranya sebagai penyemangat awal sekaligus oleh-oleh Ramadhan saat telah usai nanti :

Pertama : Ramadhan sebagai Training Keikhlasan

Puasa adalah ibadah yang melatih keikhlasan. Maka puasa Ramadhan selama sebulan adalah training keikhlasan yang sangat efektif. Sejak awal Rasulullah SAW menjelaskan betapa ibadah puasa benar-benar jalur langsung antara seorang dengan Tuhannya. Puasa menjadi ibadah yang begitu mulia karena langsung dinilai oleh Allah sang Maha Mulia. Beliau meriwayatkan firman Allah SWT dalam sebuah hadits Qudsi : “ Setiap amal manusia adalah untuknya kecuali Puasa, sesungguhnya (puasa) itu untuk-Ku, dan Aku yang akan membalasnya “ ( HR Ahmad dan Muslim).

Ibadah Puasa melatih kita untuk ikhlas dalam arti yang paling sederhana, yaitu : beramal hanya karena Allah SWT, mengharap pahala dan keridhoan-Nya. Betapa tidak ? Hampir semua ibadah bisa dideteksi dengan mudah oleh semua manusia, kecuali puasa. Orang menjalankan sholat dan zakat bisa dengan mudah terlihat dengan mata telanjang. Apalagi ibadah haji, rasa-rasanya satu kampung pun bisa mengetahui kalau salah satu kita menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan puasa, yang hampir-hampir tidak bisa diketahui oleh orang lain karena kita ‘sekedar’ menahan tidak makan minum dan berhubungan badan.

Artinya, dalam puasa kita dipaksa untuk ‘ikhlas’ menjalani itu semua hanya karena Allah SWT. Sekiranya bukan karena ikhlas, akan sangat mudah bagi seseorang untuk mengelabui keluarga atau teman-temannya. Ia bisa ikut sahur dan juga berbuka bersama keluarga, tapi di siang hari mungkin saja menyantap lahan makanan di warung langganannya. Kita semua juga bisa berakting puasa dengan mudah, tapi lihatlah : tidak pernah terbersit dalam hati kita untuk menjalani puasa dengan modus semacam itu. Subhanallah, inilah training keikhlasan terbaik yang pernah kita dapati. Sebulan penuh merasa di awasi dan beramal hanya karena Allah SWT. Mari kita sedikit berangan, seandainya kaum muslimin di Indonesia bisa mengambil sedikit saja oleh-oleh keikhlasan samacam ini untuk bulan-bulan selanjutnya, bisa kita bayangkan angka kejahatan, korupsi dan sebagainya insya Allah akan menurun drastis. Karena mereka semua merasa di awasi oleh Allah SWT, lalu menjalankan ketaatan dengan ikhlas sebagaimana meninggalkan kemaksiatan juga dengan ikhlas.

Kedua : Ramadhan untuk Training Keistiqomahan

Momentum Ramadhan yang penuh dengan berbagai amalan –dari pagi hingga malam hari- mau tidak mau, suka tidak suka, akan membuat seorang berlatih untuk istiqomah dalam hari-hari selanjutnya. Kita semua benar-benar menjadi orang yang sibuk dalam bulan Ramadhan. Bangun di awal hari untuk sholat malam dan sahur, kemudian siang hari yang dihiasi tilawah dan dakwah, belum lagi malam hari yang bercahayakan tarawih dan tadaruh. Semua kita lakukan dalam tempo sebulan penuh terus menerus. Sebuah kebiasaan tahunan yang nyaris tidak kita percaya bahwa kita bisa menjalaninya. Semangat beribadah kita benar-benar dipacu saat memulai Ramadhan. Bahkan Rasulullah SAW memberikan panduan agar melipatgandakan semangat saat akan melepas bulan mulia tersebut. Dari Aisyah ra, ia berkata : adalah Nabi SAW ketika masuk sepuluh hari yang terakhir (Romadhon), menghidupkan malam, membangunkan istrinya, dan mengikat sarungnya (HR Bukhori dan Muslim)

Bila training keistiqomahan ini kita resapi dengan baik, maka kita akan terbiasa beramal secara terus menerus dan berkelanjutan dalam bulan yang lain. Segala halangan dan rintangan akan teratasi dengan sempurna karena semangat istiqomah yang telah tertempa dalam dada kita. Pada bulan berikutnya, saat lelah melanda, ada baiknya kita mengingat kembali semangat kita yang menyala-nyala dalam bulan Ramadhan. Untuk kemudian bangkit dan melanjutkan amal dengan penuh semangat !

Ketiga : Ramadhan sebagai Training Ihsan

Syariat kita mengajarkan untuk optimal atau ihsan dalam setiap ibadah. Tak terkecuali dengan ibadah puasa Ramadhan. Setiap kita diminta untuk meniti hari-hari puasa dengan penuh ketelitian. Menjaganya dari segala onak yang justru akan memporakporandakan pahala puasa kita. Rasulullah SAW telah mengingatkan : " Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan dari puasanya kecuali hanya rasa lapar. Dan betapa banyak orang yang sholat malam, tapi tidak mendapatkan dari sholatnya kecuali hanya begadang " (HR Ibnu Majah)

Ini artinya, hari-hari puasa kita haruslah penuh kehati-hatian. Menjaga lisan, pandangan dan anggota badan lainnya dari kemaksiatan. Sungguh berat, tapi tiga puluh hari latihan seharusnya akan membuat kita melangkah lebih ringan dalam hal ihsan pada bulan-bulan selanjutnya. Bahkan semestinya, perilaku ihsan ini memang menjadi branding kaum muslimin dalam setiap amalnya.

Terakhir, banyak hikmah lain yang terserak sedemikian rupa dalam titian tiga puluh hari yang mulia ini. Tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali mengais hikmah-hikmah tersebut dari hari ke hari Ramadhan kita, untuk kemudian menjadikannya sebagai simpanan dalam menyambut bulan-bulan berikutnya. Mari memulai dari keinginan tulus dalam hati untuk mensukseskan Ramadhan tahun ini. Lalu diikuti dengan kesungguhan dalam mengisinya bahkan hingga saat hilal Syawal menjelang. Agar kegembiraan yang dijanjikan bisa kita dapatkan. Rasulullah SAW bersabda : " Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka ( buka puasa dan juga saat Idul Fitri) dan kegembiraan saat bertemu Tuhan mereka " ( Hadits Bukhori & Muslim ). Wallahu a’lam bisshowab.

DOWNLOAD klik Disini

BACA SELANJUTNYA - Menyelami Hikmah Ramadhan

Sya'ban Gerbang Ramadhan

Waktu berjalan dengan begitu cepat, saat ini kita sudah menapaki hari-hari awal bulan sya’ban. Ramadhan telah tiba di hadapan, padahal seolah belum lama kita meninggalkan bulan mulia itu dengan suka cita hari raya. Maka benarlah apa yang diisyaratkan Rasulullah SAW dalam haditsnya : “Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia lalai daripadanya : kesehatan dan kesempatan (waktu luang) “ (HR Bukhori) . Karena itulah, mari kita segera berbenah diri sejak dini, menata hati dan langkah menyambut ramadhan, di mulai dari bulan Sya’ban ini.

Rasulullah SAW dan para sahabat sejak awal telah menjadikan bulan sya’ban sebagai bulan persiapan menyambut Ramadhan dengan memperbanyak puasa sunnah. Secara khusus disebutkan dalam hadits tentang keutamaan bulan sya’ban : Dari Usamah bin Zaid, ia bertanya pada Rasulullah SAW : “ Wahai Rasulullah, aku belum pernah melihatmu berpuasa pada sebuah bulan yang lebih banyak dari puasamu di bulan sya’ban ? “. Maka Rasulullah SAW menjawab : “ (Sya’ban) itu adalah bulan antara Rojab dan Ramadhan yang kebanyakan manusia melalaikannya. Sya’ban adalah bulan dimana amalan-amalan diangkat menuju sisi Tuhan Semesta Alam, karenanya aku suka ketika amal-amalku diangkat, sementara aku dalam keadaaan berpuasa “ (HR Nasa’i)
Ibaratnya kedatangan tamu mulia, maka tuan rumah yang baik tentu akan mempersiapkan sambutan yang terbaik. Kita semua kaum muslimin adalah tuan rumah yang akan mempersiapkan kedatangan Ramadhan, mulai dari bulan Sya’ban ini. Adapun serangkaian persiapan di bulan Sya’ban yang bisa kita lakukan antara lain :

Pertama : Persiapan Keimanan dan Kejiwaan dengan Berdoa & Memperbanyak Ibadah
Perintah puasa sejatinya ditujukan kepada orang-orang beriman. Di dalam surat al-Baqoroh 183 begitu jelas keimanan kita disentuh dengan panggilan kesayangan: “ wahai orang-orang yang beriman” . Karenanya langkah awal persiapan di bulan Sya’ban ini adalah mengkondisikan keimanan kita, agar benar-benar layak dan siap untuk mengisi bulan mulia tersebut. Persiapan keimanan dan pengkondisian jiwa juga dilakukan oleh Rasulullah SAW, bahkan sejak awal bulan Rajab. Dalam riwayat dari Anas bin Malik ra disebutkan : Bahwasanya Rasulullah SAW ketika memasuki bulan Rajab berdoa : “ Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah (usia) kami pada bulan Ramadhan “ (HR Ahmad). Dengan berdoa dan memperbanyak ibadah, maka kondisi keimanan kita akan terjaga hingga Ramadhan menjelang. Begitu pula secara konsentrasi, pikiran dan jiwa kita akan fokus dalam menyambut tamu mulia itu.

Kedua : Memperbanyak Puasa dan Membayar Hutang Puasa
Selain persiapan keimanan, kita juga bisa melakukan persiapan Ramadhan secara lebih fokus yaitu dengan memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban. Rasulullah SAW telah memberikan contoh begitu jelas pada kita –sebagaimana disebutkan dalam hadits terdahulu – betapa beliau lebih mengintensifkan puasa sunnah di bulan Sya’ban. Bagi kita ini persiapan semacam ini tentu menjadi sangat penting, khususnya banyak dari kita yang melewati satu tahun dengan penuh kesibukan hingga jarang melakukan puasa sunnah. Begitu pula secara khusus bagi kaum wanita yang masih mempunyai tanggungan hutang puasa ramadhan di tahun lalu, maka bulan Sya’ban ini waktu yang tepat untuk segera melunasinya. Diriwayatkan pula dalam Shahih Bukhori, bagaimana Aisyah binti Abu Bakar ra, istri Rasulullah SAW pun baru bisa mengganti hutang puasanya di bulan Sya’ban, karena kesibukannya dalam membantu Rasulullah SAW .

Ketiga : Persiapan Ilmu
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan yang di dalamnya kita dianjurkan memperbanyak kebaikan. Banyak juga amalan-amalan lain di luar puasa yang semestinya kita lakukan di bulan Ramadhan, seperti : sedekah, memberi buka, tilawah dan tentu saja shalat tarawih. Anggapan Ramadhan sekedar bulan puasa hanya akan mengecilkan semangat kita dalam memperbanyak kebaikan di bulan mulia tersebut. Karenanya kita membutuhkan persiapan keilmuan sejak dini tentang bulan Ramadhan, agar saat bulan mulia itu menjelang, kita benar-benar tahu dan yakin tentang apa yang harus kita lakukan dalam mengisinya. Banyak kita saksikan di televisi dan media, saat Ramadhan telah beranjak setengah perjalanan masih saja banyak pertanyaan-pertanyaan mendasar seputar puasa, khususnya apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Ini menunjukkan kekurangsiapan kita dalam menjalani ibadah puasa.
Bulan Sya’ban ini adalah waktu yang tepat kita mempersiapkan keilmuan kita untuk mengoptimalkan pahala Ramadhan. Agar kita bisa mengisinya dengan optimal, dan berusaha menjalankan puasa dengan sempurna. Rasulullah SAW telah mengingatkan tentang puasa yang sia-sia. Dari riwayat Abu Hurairah ra beliau bersabda : “ Betapa banyak orang berpuasa tapi tidak ada baginya pahala puasa kecuali lapar saja, dan betapa banyak orang sholat malam (tarawih), tapi tidak ada baginya pahala kecuali (kelelahan) begadang saja” (HR An-Nasa’i).

Akhirnya, marilah kita mengajak keluarga kita, saudara dan juga sahabat untuk bersama-sama menjadikan bulan Sya’ban ini sebagai bulan persiapan. Dari mulai persiapan keimanan hingga keilmuan, kita wujudkan satu demi satu pada hari-hari kita, pada rumah tangga dan lingkungan kita. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan keberkahan. Wallahu a’lam.

BACA SELANJUTNYA - Sya'ban Gerbang Ramadhan